Molnupiravir di klaim jadi obat Covid-19
![](https://starmedevac.com/wp-content/uploads/2021/10/FEED-IG-2-1-1024x1024.png)
Obat buatan perusahaan farmasi Merck & Co ini di gadang-gadang sebagai obat antivirus pertama yang mampu mengatasi infeksi Covid-19. Merck & Co kini telah mengajukan izin penggunaan darurat tablet Molnupiravir buatannya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Jika di setujui, keberadaan obat ini dapat membantu mengubah manajemen klinis Covid-19. Obat ini dapat di konsumsi di rumah. Serta mengurangi risiko gejala berat dan kematian pada pasien hingga 50%.
Jika mendapat izin dari regulator, molnupiravir akan menjadi obat antivirus pertama untuk pasien Covid-19 yang di berikan secara oral (lewat mulut).
Pil tersebut, yang awalnya dikembangkan untuk mengobati influenza, di rancang untuk merusak kode genetik virus, yang mencegahnya menyebar didalam tubuh.
Analisis terhadap 775 pasien dalam penelitian ini menemukan:
- 7,3% dari mereka yang di beri molnupiravir dirawat dirumah sakit
- Itu dibandingkan dengan 14,1% pasien yang di beri plasebo
- Tidak ada kematian pada kelompok yang di beri molnupiravir, tetapi delapan pasien yang diberi plasebo dalam uji coba kemudian meninggal karena Covid.
Data tersebut di publikasikan dalam siaran pers dan melalui proses telaah sejawat atau peer-review.
Tidak seperti kebanyakan vaksin Covid, yang menargetkan protein spike di luar virus, pengobatan ini bekerja dengan menyasar enzim yang digunakan oleh virus untuk membuat salinan dirinya sendiri.
Merck, yang di kenal dengan nama MSD di Inggris, mengatakan bahwa cara kerja tersebut membuat obat ini tetap efektif dalam melawan berbagai varian baru virus yang muncul di masa depan.
Daria Hazuda, wakil presiden divisi penemuan penyakit menular Merck, mengatakan kepada BBC: “Pengobatan antivirus bagi orang-orang yang tidak di vaksinasi, atau yang kurang responsif terhadap kekebalan dari vaksin, adalah alat yang sangat penting dalam membantu mengakhiri pandemi ini.”
Uji coba menunjukkan bahwa molnupiravir perlu di ambil pada tahap awal penyakit, ketika gejala mulai muncul, supaya memberi efek. Studi sebelumnya pada pasien yang sudah di rawat di rumah sakit dengan Covid yang parah di hentikan setelah hasil yang mengecewakan.